Kenapa Para Kyai Suka Berpoligami? Berikut Penjelasannya

berpoligami

KENAPA PARA KYAI SUKA BERPOLIGAMI?

Banyak yang penasaran dan bertanya, kenapa para para kyai suka berpoligami?

Poligami adalah perbuatan hukum yang dibolehkan menurut agama, sebagaimana tercantum dalam ayat-ayat al-Qur'an, akan tetapi kebolehan poligami disertakan dengan syarat yang ketat. Lagipula, ayat-ayat poligami yang terdapat dalam al-Qur'an selalu dikaitkan dengan upaya perlindungan terhadap wanita yang lemah.

Menurut KH. Sinwani, Pakong, yang viral dengan sebutan Kyai Wahabi itu. Orang yang masih punya satu istri itu adalah tergolong muslim yang lemah. Sebab Allah sudah menantangnya di dalam al-Quran Surah an-Nisa' Ayat 3, tapi orang itu tidak sanggup melakukannya.

Bahkan ada yang mengatakan, kalau seorang kyai tidak berpoligami, maka masih diragukan kekyaiannya.

Ketika ditanya, kenapa seorang kyai suka berpoligami? Jawabannya beragam dan banyak alasannya.

Di sini penulis mencoba untuk menjawabnya, tanpa mengurangi rasa hormat sedikitpun kepada para kyai, dan meskipun penulis sendiri belum pernah berpoligami.

Pertama, syahwatnya yang tinggi. Kenapa? Karena kyai jarang menyalurkan syahwatnya, kecuali kepada yang sudah halal, yakni kepada istrinya.

Sebagai manusia biasa, seorang kyai juga punya syahwat dan kebutuhan seksual. Namun seorang kyai tidak mudah mengumbar dan menyalurkan syahwatnya, kecuali pada yang halal saja.

Maksudnya, para kyai itu menundukkan pandangannya ketika melihat perempuan yang bukan halalnya.

Beda dengan orang pada umumnya yang tidak peduli dengan hukum halal dan haramnya memandang lawan jenis. Mereka ini setiap bertemu dengan wanita, terlebih yang cantik tidak ragu memandangnya, bahkan juga tidak ragu memegangnya.

Sementara seorang kyai dengan ketakwaannya, tidak akan menikmati wajah cantik kalau bukan kepada istrinya. Dengan itu, jika istrinya hanya satu, ketika istrinya sedang berhalangan karena datang bulan, atau sang kyai sedang bepergian jauh sibuk dengan dakwahnya, maka tidak ada lagi pelarian untuk menyalurkan syahwatnya.

Dalam hal ini Imam al-Qurtubi rahimahullah menjelaskan,

يقال : إن كل من كان أتقى فشهوته أشد لأن الذى لايكون تقيا فإنما يتفرج بالنظر والمس ألا ترى ماروي فى الخبر "العينان تزنيان واليدان تزنيان"

فإذا كان فى النظر والمس نوع من قضاء الشهوة قل الجماع والمنتقى لاينظر ولايمس فتكون الشهوة مجتمعة فى نفسه فيكون أكثر جماعا

"Dikatakan, bahwa setiap orang yang tinggi tingkat ketakwaannya, maka syahwatnya akan semakin bertambah. Sebaliknya orang yang tidak bertakwa mudah memecah syahwatnya dengan cara melihat dan memegang (perempuan yang bukan halalnya). Bukankah di dalam hadits dijelaskan, "Dua mata dan dua tangan bisa berzina."

Maka apabila memandang dan memegang adalah bagian dari menyalurkan syahwat seseorang, maka dia sudah tidak terlalu butuh melakukan jimak. Sedangkan orang yang takwanya tinggi(seperti para kyai), tidak pernah memandang dan tidak pernah memegang perkara haram, maka syahwatnya jadi bertambah, sebab itu dia lebih banyak melakukan jimak."

وقال أبو الوراق : كل شهوة قسى القلب إلا الجماع فإنه يصفى القلب ولهذا كان الأنبياء يفعلون ذلك

Abul Warraq berkata, "Setiap syahwat dapat mengeraskan hati, kecuali jimak. Jimak dapat membersihkan hati, maka dari itu para nabi melakukan semua."

Beda halnya dengan syahwat selain jimak, seperti makan, tidur dan lainnya. Para kyai lebih memilih mengekang syahwat tersebut.

Kedua, memberi kesempatan kepada istri pertamanya untuk mendapatkan pahala yang banyak.

Dengan bersabar dari sakitnya dimadu oleh suaminya, seorang istri dijanjikan mendapatkan pahala yang besar, bahkan konon kelak akan berpayung emas di surga.

Karena sebagaimana pernah disampai oleh al-Habib Abdul Qadir Baabud, bahwa rata-rata istri para ulama, dalam hal ini kyai pesantren, tidak punya kesibukan seperti istrinya orang biasa yang bukan kyai.

Kerjaan istri kyai itu menurut beliau, hanya berdandan dan masuk kamar, sedangkan kerjaan yang lain sudah diwakili oleh santri-santrinya.

Dengan demikian istri para kyai itu tidak punya perjuangan yang bisa menambah pahala, melebihi besarnya pahalanya bersabar karena dimadu.

Ketiga, punya kemampuan berlaku adil, baik dalam hal nafkah dan lainnya.

Seorang kyai tentu paling mengerti dalam urusan agama, termasuk aturan dalam berpoligami yang dilegalkan oleh agama. Di samping ia juga punya kecukupan dalam masalah ekonomi.

Jadi, ketika seorang kyai berpoligami dia akan dengan mudah berlaku adil kepada istri-istrinya.

Itulah tiga alasan kenapa para kyai suka berpoligami, dan tentunya masih banyak alasan lain, yang tidak diketahui oleh penulis.

Jadi, bagi Anda yang tidak punya keahlian seperti kyai, jangan coba-coba berpoligami.

Ditulis Oleh : Shofiyullah el_Adnany dalam akun facebooknya

Cara Order Produk
✔️ Pilih produk yang mau di pesan
✔️ Tentukan jumlah order
✔️ Tulis Nama
✔️ Alamat

Contoh: Nama Produk, jumlah order, Nama, Alamat
Kirim ke: wa. 085853547527

Order Sekarang! klik tombol di bawah

WhatsApp Telegram
Buka Obrolan

Posting Komentar untuk "Kenapa Para Kyai Suka Berpoligami? Berikut Penjelasannya"